Gagal SBMPTN, Malah Dapat Beasiswa ke Korea
Annyeonghaseyo!~
Halo semuanya. Perkenalkan namaku Delna Nur Pranata. Kalian bisa panggil aku Delna. Aku adalah Penerima Beasiswa (Awardee) Korean Government Scholarship Program (KGSP) Undergraduate Tahun 2017. Dan saat ini aku sedang kuliah S1 di INHA Technical College, di Incheon, Korea Selatan.
Aku yakin mayoritas dari kalian tau beasiswa KGSP. Salah satu beasiswa terbaik dari Pemerintah Korea Selatan yang banyak banget diincar para scholarship hunters. Segala fasilitas bisa kalian dapetin karna beasiswa ini bersifat fully funded (beasiswa penuh). Mulai dari biaya kuliah, biaya hidup, tiket pesawat pergi-pulang, biaya les bahasa, dan masih banyak lagi. Jadi intinya, kalian tinggal sekolah aja yang serius tanpa harus mikirin biaya kalian selama kuliah di Korea Selatan.
Tahun Pertama Sekolah SMK
Ceritaku berawal saat aku duduk di bangku SMK. Yap, aku bukan anak SMA seperti ekspektasi kebanyakan orang. Bahwa yang bisa ngelanjutin kuliah ke luar negeri itu biasanya lulusan SMA yang pinter-pinter. Bisa dibilang, alasanku pengen sekolah ke luar negeri itu berawal dari hal konyol. Di hari pertama aku masuk SMK, aku hampir dikeluarkan dari sekolah.
Haha. Kok bisa ya? Waktu itu aku ketahuan bawa pisau di dalam tas. Waduh ngeri banget ya. Hunters pasti langsung mikir yang ngga-ngga. Gara-gara itu aku langsung dibawa ke ruang BP. Pihak sekolah pun sampai memanggil orangtuaku. Aku sebelumnya ngga tau kenapa aku dan orangtuaku sampai dipanggil. Setelah dijelaskan, aku baru tau ternyata pisau itu penyebabnya.
Jadi sebenernya pisau itu aku beli di Yogyakarta waktu perpisahan sekolah. Aku emang suka ngoleksi barang antik, dan waktu itu aku liat ada pisau yang bentuknya bagus dan juga murah. Jadi aku beli deh. Jadi selama liburan sampai hari pertama masuk SMK aku nggak pernah ngeluarin pisau itu dari tas. Nah dari situlah semua masalah itu berasal.
Saat itu aku malu banget, terlebih karena orangtuaku sampai dipanggil. Waktu itu aku harus tetap mematuhi peraturan sekolah dan menerima konsekuensinya. Di hari pertama masuk sekolah aku harus kena hukuman mendapat 75 poin. Menurut pihak sekolah, kalau poinku sampai 100 aku bisa dikeluarkan dari sekolah. Untungnya masih 75, batinku.
Aku bener-bener ngerasa bersalah waktu itu dan seketika orang yang ga tau cerita detailnya mengecap aku sebagai anak nakal. Aku ingat nasehat dari orangtuaku, bahwa dibalik masalah pasti ada hidayah yang bisa kita dapatkan. Pihak sekolah pun bilang ke aku, kalo aku berprestasi, poin aku bisa dikurangi. Pun kalo aku aktif di organisasi. Nah, dari situ aku mulai termotivasi untuk jadi anak yang berprestasi. Aku bertekad aku harus mengembalikan nama baik keluargaku.
Aktif Berorganisasi
Aku harus membuktikan bahwa aku bukan seperti yang mereka bayangkan. Apapun akan aku lakukan, termasuk aku mau lanjut kuliah ke luar negeri kalau aku bisa. Di tahun pertama sekolah, aku ikut banyak kegiatan ekstrakulikuler. Kalau dihitung, kira-kira ada 8 ekskul yang aku ikuti, termasuk menjadi pengurus OSIS.
Berat banget rasanya membagi waktu antara belajar dan organisasi. Aku bahkan hampir tiap hari pulang jam 10 malam. Belum lagi, aku masih harus belajar supaya nilai di kelas juga baik. Aku sering begadang karena mengerjakan tugas sekolah. Tapi aku selalu yakin, kerasnya usaha dan doa kita, suatu saat pasti akan membuahkan hasil yang sebanding.
Aku benar-benar menanamkan motivasi pada diriku, bahwasanya aku harus berprestasi. Saat itu aku kepikiran mau lanjut sekolah ke Turki atau Eropa suatu saat nanti. Tapi waktu itu aku belum terlalu fokus memikirkannya. Hal yang aku lakukan di sekolah adalah terus belajar dan berorganisasi. Akhirnya aku bisa membuktikan secara perlahan-lahan. Selama 3 tahun berturut-turut, aku selalu masuk rangking 3 besar di sekolah.
Dari situ aku mulai dikenal banyak guru karena prestasiku. Ibaratnya, aku bisa berubah 180 derajat selama 3 tahun. Yang tadinya aku dikenal sebagai anak nakal, sekarang aku dikenal sebagai anak berprestasi. Aku sangat bangga bisa mengembalikan nama baik keluargaku. Aku ngerasa cukup puas dengan prestasiku tersebut, dan aku berhasil membuktikan bahwa prasangka mereka tentangku itu ga benar.
Kegagalan Adalah Keberhasilan yang Tertunda
Akhirnya masa-masa sulit pun berhasil aku lewati. Aku berhasil lulus dengan nilai yang baik. Keinginanku buat lanjut kuliah ke luar negeri tetap ada, tapi belum aku penuhi. Setelah itu, aku pun mendaftar SNMPTN dan memilih Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sebagai tujuan. Tapi, aku gagal di percobaan pertama ini.
Aku pun mencoba kesempatan lain. Aku daftar SBMPTN untuk bisa lolos ke UNY. Tapi ternyata aku gagal lagi. Feeling-ku karna pelajaran di SMK tidak se-detail pelajaran SMA. Mungkin universitas negeri bukan jalanku. Akhirnya dengan berat hati, aku pun memilih melanjutkan kuliah ke universitas swasta di Jakarta.
Sampai suatu hari, aku dapat informasi dari guru SMK-ku tentang beasiswa ke Korea Selatan. Awalnya aku tidak terlalu tertarik karena negara pilihanku adalah Turki atau Eropa. Tapi aku berpikir lagi, kayaknya ini kesempatan aku buat bisa sekolah ke luar negeri.
Kuliah S1 Korea Melalui Beasiswa KGSP
Dari situ aku mulai baca-baca lagi informasi yang aku dapatkan. Akhirnya aku memutuskan buat daftar beasiswa ini. Aku telpon kontak yang tertera, dan aku langsung dimasukkan ke grup Whatsapp bernama “GKS INHA”. Di grup Whatsapp bernama “GKS INHA”, aku dapat info lanjutan dan diminta menyiapkan berkas pendaftaran. Dari mulai mengisi formulir aplikasi, personal statement, study plan, dan berkas penunjang lainnya.
Proses Pendaftaran Beasiswa KGSP
Aku pun mencoba membuat rencana studi semenarik mungkin. Aku jelaskan disitu apa yang aku lakukan saat ini, apa rencana aku ke depannya, dan apa benang merah antara jurusan aku dan jurusan yang aku pilih di Korea. Setelah ready semuanya, aku kirim berkasnya. Setelah itu aku dikabari kalau ada sosialisasi tentang proses seleksi Beasiswa KGSP. Kalo ga salah itu di bulan September 2016. Tapi waktu itu aku nggak bisa datang.
Dua minggu kemudian, aku dapet kabar lagi kalo aku lolos seleksi berkas dan diundang seleksi wawancara. Aku agak ga nyangka sih, karena ini pertama kalinya aku daftar beasiswa. Aku seneng, tapi bingung harus ngelakuin apa. Aku pun nyari banyak referensi gimana caranya jawab pertanyaan buat wawancara beasiswa.
Wawancara Beasiswa KGSP
Aku siapin jawaban-jawaban terbaik. Setelah itu aku survei lokasi wawancara supaya aku siap di hari H. Akhirnya hari wawancara pun tiba. Wawancara dimulai jam 2 siang, tapi aku agak telat datang. Saat tiba di depan ruangan, ada salah satu orang Korea yang bilang “Annyeonghaseyo..”. Kalian semua pasti tau artinya apa.
Tapi aku, aku nggak pernah tau apapun tentang Korea. Budayanya, bahasanya, aku ga tau sama sekali. Waktu itu aku cuma lewat aja karena bingung mau menanggapi apa. Dan pas di dalam ruangan, aku baru tau kalo ternyata orang itu adalah profesor yang mau mewawancarai aku. Haha. Aku malu banget. Tapi aku tetep wawancara seakan ga terjadi apa-apa.
Saat wawancara ada aku dan 2 orang kandidat lainnya. Wawancara dilakukan secara bergantian. Aku kaget karena pesaingku semuanya bagus-bagus. Yang satu lancar banget Bahasa Koreanya. Dia bahkan wawancara full dalam Bahasa Korea. Yang satunya lagi Bahasa Inggrisnya bagus banget. Mungkin dia ikut kursus. Disitu aku ngerasa agak down karena kandidat lainnya bagus-bagus.
Tibalah giliranku diwawancara sama 3 orang profesor dan 2 orang dari pihak Lotte Tangerang. Awalnya aku agak grogi, tapi aku mencoba untuk tetap pede dengan diriku sendiri. Meskipun Bahasa Inggris-ku pas-pasan, tapi aku mencoba menjawab semua pertanyaan dengan versi terbaikku. Meskipun kandidat lainnya punya keunggulan, aku nggak menyerah dan tetap optimis. Setelah wawancara selesai, aku ngerasa lega banget. Aku pun sempet foto bersama kandidat lainnya dan para interviewer. Aku harus menunggu pengumuman berikutnya.
Pengumuman Beasiswa KGSP
Satu bulan kemudian, aku dapet telpon dari nomor nggak dikenal. Tapi aku ga sempet ngangkat telponnya waktu itu, karena aku lagi ada presentasi di kelasku. Setelah selesai presentasi, ternyata aku ditelpon lagi sama nomor tersebut. Aku angkat telponnya tanpa ada prasangka apapun. Ternyata itu telpon dari pihak INHA. Aku agak deg-degan waktu itu. Kata beliau, aku berhasil masuk dalam 3 besar kandidat utama yang diterima di INHA.
Aku disuruh cek email buat keterangan lengkapnya. Aku agak speechless waktu itu. Aku seneng tapi ga bisa berkata apa-apa. Aku pun langsung ngecek email dan namaku tercantum di email sebagai salah satu dari 3 kandidat lolos. Aku juga diminta membuat paspor dan medical examination.
Aku seneng banget karena cita-citaku buat kuliah ke luar negeri perlahan mulai terwujud. Aku ga nyangka kalo aku secepat ini bisa sekolah ke luar negeri. Apalagi ke negeri ginseng, Korea Selatan. Setelah itu aku urus paspor, surat kesehatan, dan berkas lainnya yang diperlukan. Nah sebelumnya, aku ga bilang sama orangtuaku kalo aku daftar beasiswa. Karna udah pasti aku ga diizinin, terutama sama ibuku.
Setelah pengumuman ini, aku langsung ngabarin orangtuaku kalo aku diterima beasiswa ke Korea Selatan. Ternyata di luar ekspektasiku, orangtuaku langsung nangis bahagia dan sujud syukur. Aku seneng banget bisa melihat orang tuaku bahagia dan mengangkat derajat mereka.
Sampai akhirnya, sekarang udah masuk tahun kedua aku di Korea Selatan. Aku kuliah di Jurusan Mechatronic, sejenis robotik. Dan salah satu tugasku adalah membuat dan mengembangkan drone. Yang bisa aku sampaikan adalah kalau kamu punya mimpi buat sekolah ke luar negeri, jangan biarkan mimpi itu berhenti di kamu aja.
Tips Bangkit dari Kegagalan
Buatlah mimpi itu jadi kenyataan dengan cara berusaha nyari beasiswa, mempersiapkan berkas pendaftaran terbaik, mempersiapkan wawancara terbaik, dan sebagainya.
-
Jangan Pernah Takut Mencoba
Kalau kamu gagal, jangan pernah takut buat mencoba lagi. Karena sukses itu nggak ada yang instan. Dan selalu percaya bahwa Allah punya jalan terbaik buat hidup kita. Kita sebagai hamba-Nya hanya berusaha, pasrah, dan terus bersyukur atas apapun yang diberikan.
-
Tetap Optimis
Tetap optimis dan selalu yakin kalau kamu itu bisa dan pantas. Karna ngga ada yang tau, para reviewer beasiswa itu memilih kandidat lolos dilihat dari aspek yang mana.
Oke, mungkin cukup sekian sharing dari aku. Aku berbagi cerita ini untuk jadi motivasi kalian yang ingin mendaftar beasiswa. Bukan cuma ke Korea aja, tapi beasiswa apapun ke luar negeri.
Ikuti Bimbingan Beasiswa ke Korea
Gagal SBMPTN? –> Ikuti jejak kak Delna dengan persiapan beasiswa kuliah luar negeri
Mau jadi seperti kak Delna? –> Ikuti bimbingan persiapan beasiswa bersama mentor lulusan Korea di Schoters!
Thank you and make your dreams come true
Annyeong!!~