Mengenal Jam Kerja di Jepang: Efisiensi dan Produktivitasnya
Jam kerja di Jepang terkenal dengan intensitasnya dan sering kali menjadi pembahasan terkait keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi para pekerja.
Lantas, bagaimana jam kerja di Jepang memengaruhi kesejahteraan para pekerja di sana? Untuk mengetahui hal tersebut, simak artikel berikut mengenai jam kerja di Jepang.
Jam Kerja di Jepang Secara Umum
1. Jam kerja harian dan mingguan
Jam kerja di Jepang pada umumnya standar dengan waktu 8 jam perhari. Namun, jam kerja di Jepang per minggunya sekitar 40 jam. Banyak karyawan yang bekerja lebih lama, yakni sekitar 45 hingga 50 jam per minggu tanpa kompensasi lembur yang memadai.
2. Jam istirahat di Jepang
Setelah kamu bekerja selama 4 jam berturut-turut, kamu berhak menerima waktu istirahat selama 1 jam. Jam istirahat bagi para pekerja di Jepang hanya dapat diambil pada saat periode kerja dan tidak boleh diambil pada akhir jam kerja.
3. Sistem lembur di Jepang
Sistem lembur di Jepang dikenal dengan sebutan Zangyo. Budaya kerja di Jepang sering kali menuntut lembur bagi para pekerjanya. Karyawan seringkali tidak dibayar lembur untuk jam kerja tambahan yang telah diberikan.
Walaupun hukum ketenagakerjaan mengatur kompensasi untuk lembur, banyak pekerja yang merasa tekanan sosial untuk bekerja lembur tanpa tambahan gaji.
Budaya Kerja di Jepang
1. Dedikasi dan loyalitas
Para karyawan di Jepang dikenal sangat berdedikasi dan loyal kepada perusahaan tempat mereka bekerja. Sering kali para karyawan menunjukkan komitmen dengan bekerja lembur dan menghindari mengambil cuti.
Di Jepang mengenal konsep Karoshi atau kematian akibat kerja berlebihan yang menjadi isu serius di Jepang. Hal tersebut menunjukkan tekanan dan ekspektasi tinggi terhadap para pekerja.
2. Presenteeism
Kehadiran fisik di kantor lebih dihargai daripada produktivitas. Ini menyebabkan banyak pekerja merasa perlu berada di kantor selama mungkin.
Konsep Presenteeism ini kadang-kadang mengarah pada jam kerja yang sangat panjang meski tidak selalu produktif. Sementara, gaji di Jepang umumnya ditentukan berdasarkan lama kerja, bukan berdasarkan performa kerjanya.
Keseimbangan Jam Kerja di Jepang dan Kehidupan Pribadi
1. Cuti dan liburan
Walaupun pekerja di Jepang memiliki hak cuti tahunan yang diatur oleh undang-undang, banyak yang enggan mengambilnya karena takut dianggap kurang berdedikasi.
Keseimbangan antara jam kerja di Jepang dan kehidupan pribadi masih menjadi tantangan yang besar meskipun ada peningkatan kesadaran akan pentingnya hal tersebut.
2. Dukungan untuk keluarga para pekerja
Beberapa perusahaan di Jepang mulai menawarkan dukungan lebih bagi karyawan dengan keluarga, seperti cuti melahirkan dan program kesejahteraan keluarga.
Dukungan ini penting dilakukan dengan tujuan untuk mendorong partisipasi tenaga kerja wanita dan memperbaiki angka kelahiran yang menurun.
3. Permasalahan jam kerja yang panjang
Jam kerja yang panjang umumnya berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental karyawan. Jam kerja di Jepang yang panjang juga dapat menyulitkan karyawan untuk memiliki waktu bersama dengan keluarga maupun teman.
Selain itu, jam kerja yang panjang juga dapat menyebabkan pekerja mengalami kelelahan sehingga dapat menurunkan produktivitas karyawan.
Baca Juga: Jam Kerja di Korea Selatan
Perubahan dan Reformasi Kerja di Jepang
1. Upaya pemerintah
Pemerintah Jepang telah mencoba mengimplementasikan reformasi ketenagakerjaan untuk mengurangi jam kerja di Jepang yang berlebihan dan mendorong keseimbangan kerja-hidup.
Pemerintah juga telah mengeluarkan program, seperti Premium Friday yang mendorong pekerja untuk pulang lebih awal pada hari Jumat terakhir setiap bulan.
2. Kesadaran perusahaan
Beberapa perusahaan di Jepang mulai menyadari pentingnya kesejahteraan karyawan dan mulai mengadopsi kebijakan kerja fleksibel, seperti jam kerja fleksibel dan opsi bekerja dari rumah.
Ada juga inisiatif yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan untuk mengurangi lembur dan mendorong karyawan untuk mengambil cuti.
Perbandingan Jam Kerja di Jepang dengan Negara Lain
Jam kerja di Jepang tergolong yang terpanjang dibandingkan rata-rata negara-negara Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD), yakni 38 Jam per minggu.
Jam kerja di Jepang tergolong panjang dan memiliki dampak negatif bagi kesehatan, kehidupan pribadi, dan produktivitas karyawan. Meskipun pemerintah telah mengambil langkah untuk mengurangi jam kerja panjang, budaya kerja di Jepang masih perlu berubah agar tercipta keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan kerja dan pribadi
Rekomendasi Bimbingan Persiapan Kerja di Jepang
Ingin kerja di Jepang? Yuk, konsultasi dengan konsultan expert Schoters agar persiapan kerja di Jepang semakin terarah.
Butuh program lain untuk persiapan kerja di luar negeri? Cek program Work Abroad Academy dari Schoters untuk bimbingan persiapanmu, dijamin terlengkap.