Mengenal Culture Shock: Alasan, Proses, dan Cara Mengatasinya

Hunters pasti pernah dengar istilah Culture shock? Biasanya fenomena ini sering terjadi kepada para perantau di negeri orang. Selain itu, fenomena ini juga sering terjadi ketika seseorang tinggal di tempat yang baru. Meskipun terdengar sepele daripada persiapan dokumen untuk kuliah dan beasiswa, Culture Shock merupakan salah satu masalah yang bisa mengganggu proses belajarmu.

Nah, agar Hunters tidak kaget dengan culture shock saat kuliah di luar negeri nanti, yuk, kenali salah satu kondisi psikologi ini mulai dari alasan, tahapan hingga cara mengatasinya!

Apa itu Culture Shock?

Istilah Culture shock pertama kali dicetuskan oleh Kalvero Oberg pada 1960. Kalvero Oberg sendiri mendefinisikan fenomena sosial ini sebagai kecemasan yang diakibatkan karena kehilangan simbol, tanda, dan interaksi sosial yang sudah mengakar pada diri seseorang.

Secara garis besar, culture shock merupakan sebuah proses adaptasi yang normal pada seseorang yang ada di sebuah lingkungan atau budaya yang baru. Pada saat mengalami culture shock, berarti sebuah keadaan di mana seseorang merasakan perbedaan atau konflik nilai, kepercayaan, dan perilaku dari apa yang biasa dia kenali selama di kampung atau negara aslinya.

Beberapa hal yang dirasakan seseorang dengan mengalami fenomena ini bisa beragam. Beberapa di antaranya, seperti merasa cemas, kebingungan, homesickness, bahkan agresi atau kemarahan. 

Mengapa Culture Shock bisa terjadi?

Seperti yang disampaikan di atas, culture shock bisa terjadi ketika seseorang merasa “kehilangan” nilai-nilai, kepercayaan, kebiasan, dan interaksi sosial yang biasa didapat di tempat asalnya. Nah, karena merasa “kehilangan” itu, mulai muncul perasaan tidak nyaman, bingung, sedih, hingga kemarahan. 

Butuh berapa lama untuk menghilangkan Culture Shock?

Berapa lama culture shock biasanya bisa hilang dari hitungan hari, minggu atau bulan. Durasi ini juga tergantung pada pribadi masing-masing. Beberapa orang bisa dengan cepat menyelesaikan fase culture shock mereka, tetapi beberapa orang juga butuh waktu lama dan perjuangan untuk bisa lepas dari proses ini.

Beberapa faktor yang mempengaruhi durasi culture shock seseorang, antara lain, ekspektasi yang terlalu tinggi dengan kenyataan yang terjadi ketika sudah sampai di negara tujuan, coping skills, pengalaman masa lalu ketika ada tinggal di tempat yang baru, dan lain sebagainya. Namun, fase adaptasi dari culture shock sendiri bisa datang dan pergi.

Contoh Culture Shock

Seperti yang disampaikan di atas, culture shock bisa terjadi dengan beberapa jenis dan rupa. Beberapa contoh yang biasanya terjadi antara lain:

  1. Merasa kesepian;
  2. Distorsi atau kebingungan;
  3. Merasa depresi dan kesedihan yang mendalam;
  4. Sensitif dan mudah merasa marah;
  5. Fatigue atau merasa kelelahan;
  6. Homesickness;
  7. Merasa ragu-ragu dengan kemampuan dia sendiri; 
  8. Dan lain sebagainya.

Baca Juga: Begini Cara Mengatur Waktu Kuliah Sambil Kerja

Tahapan

Beberapa peneliti sebenarnya memiliki persepsi mereka masing-masing akan tahapan terjadinya fenomena culture shock. Namun, secara garis besarnya ada empat tahap yang melatarbelakangi terjadinya fenomena tersebut. Berikut rinciannya.

1. The honeymoon stage

Pada tahap pertama, biasanya seseorang merasa sangat senang dengan lingkungan barunya. Bahkan, beberapa melihatnya sebagai kesempatan dan petualangan baru. Namun, tahap ini tentunya tidak bertahan terlalu lama. 

 2. The srustration stage

Pada tahap ini, biasanya seseorang sudah mulai merasakan perbedaan antara ekspektasi dan kebiasaan yang sudah ada sejak kecil. Selain itu, Hunters juga akan merasakan kelelahan terhadap perilaku, percakapan, hingga bagaimana orang-orang berinteraksi di lingkungan baru. 

Bagi beberapa orang, bahkan dia bisa merasa kesulitan untuk berkomunikasi sehari-hari hingga ketidakmampuan untuk memaknai percakapan. Karena meskipun Hunters sudah mengantongi sertifikat IELTS atau TOEFL, ada kalanya logat, kosa kata dan pola percakapaan masyarakat asli yang berbeda.

3. The adaptation stage

Pada tahap ini, rasa frustasi di tahap selanjutnya sudah mulai memudar dan seseorang mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Meski belum bisa mengerti beberapa nilai atau budaya yang ada, tapi sudah ada rasa percaya diri untuk berkomunikasi dan bercanda. 

4. The acceptance stage

Selama tahap penerimaan, seseorang sudah mulai menikmati kehidupan dan lingkungan baru yang mereka hadapi. Mulai percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri dan juga rasa percaya untuk lingkungan sekitar. 

Beberapa masalah yang dialami saat culture shock pada tahap frustration stage dipahami sebagai tantangan yang sudah berhasil dihadapi. Pada tahap ini biasanya seseorang sudah mengubah beberapa kebiasaan lama dengan kebiasaan atau budaya yang ada di sekitar.

Cara mengatasi

Culture shock sebenarnya bukan untuk dicegah, tapi untuk dihadapi. Ada beberapa hal yang bisa Hunters lakukan untuk mengatasi fenomena tersebut. Beberapa tips dan hal yang bisa Hunters lakukan adalah sebagai berikut:

1. Cari teman 

Hunters bisa mengikuti klub universitas ataupun komunitas yang ada di sekitar tempat tinggalmu. Selain itu, Hunters juga bisa ikut komunitas negara tempat asalmu. 

2. Hindari terus sendirian

Ketika seseorang mengalami culture shock, sering kali hal yang dilakukan adalah mengisolasi diri dari lingkungan sekitar. Meski ini merupakan hal kerap dilakukan seseorang ketika merasa sedih atau kesepian, tetapi terus mengisolasi diri dalam jangka waktu yang panjang akan memperparah kondisi psikis yang Hunters alami. 

3. Explore your surroundings

Hal lain yang bisa Hunters lakukan untuk mengetahui lebih banyak kebiasaan dan budaya adalah dengan berjalan ke tempat-tempat baru. Di sini tentunya Hunters akan mendapatkan pengalaman dan teman-teman baru.

4. Amati orang di sekitar

Jika Hunters tinggal di suatu tempat yang baru, Hunters harus banyak-banyak memperhatikan lingkungan sekitarmu. Hunters bisa mulai dengan hal-hal kecil seperti bagaimana mereka saling menyapa, cara mereka makan, etos kerja, dan bagaimana mereka saling bercanda.

5. Selalu belajar dari kesalahan

Sebagai orang baru yang tinggal di luar negeri, mungkin Hunters akan ditegur atau melakukan kesalahan ketika bercakap dengan bahasa asing. Tapi, semakin banyak Hunters salah, semakin banyak pula pelajaran yang Hunters dapat. 

6. Minta bantuan konseling dari kampus

Beberapa kampus berkualitas dunia telah memiliki fasilitas konseling ke psikolog atau konselor profesional. Jika Hunters sudah merasa terbebani dengan keadaanmu saat mengalami culture shock, jangan ragu untuk meminta bantuan konseling ke kampus, ya!

Karena selain menyediakan layanan konseling secara psikologis, biasanya Hunters juga akan diarahkan untuk mengikuti grup bantuan dan beberapa komunitas daerah yang ada di sana.

Baca Juga: Tips Ampuh Menaklukan Wawancara Beasiswa

7. Take your time

Culture shock merupakan sebuah proses yang normal ketika Hunters tinggal di tempat baru atau negara baru. Jadi, jangan merasa terburu-buru dan hadapi proses ini dengan tenang dan penuh kesadaran.

 

Ingin lanjut kuliah di luar negeri?

Persiapkan dirimu sebaik mungkin mulai dari kebutuhan dokumen dan lain-lain dengan konsultasi kuliah luar negeri dari Schoters berikut ini!

culture shock