Perbedaan Tenaga Kerja Terdidik dan Tenaga Kerja Terampil

Hunters pasti sudah pernah mendengar tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja terampil. Namun, kira-kira, apakah kamu sudah mengetahui perbedaan tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja terampil? 

Jika belum, maka artikel ini cocok untuk Hunters baca sampai habis. Sebab, pada artikel ini, Schoters bakal membahas perbedaan tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja terampil yang jarang diketahui orang. Oleh karena itu, simak sampai habis, ya, Hunters!

Perbedaan Tenaga Kerja Terdidik dan Tenaga Kerja Terampil

Tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja terampil sering disamakan sebagai satu kesatuan. Padahal, keduanya punya perbedaan yang mencolok. Lantas, apa saja, sih, perbedaan tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja terampil?

Perbedaan tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja terampil yang paling mencolok adalah dari segi pendidikan yang mereka dapatkan. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan keahlian dari sekolah formal yang sesuai dengan keahliannya. 

Sementara itu, tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang mendapatkan keahlian dari pendidikan informal. Pendidikan informal yang dimaksud di sini contohnya, seperti kursus, pelatihan kerja, dan lain sebagainya.

Agar perbedaan tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja terampil terlihat lebih jelas, simak contoh-contoh tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja terlatih di bawah ini. 

Contoh Tenaga Kerja Terdidik

1. Dokter

Dokter merupakan salah satu contoh tenaga kerja terdidik. Sebab, jika Hunters ingin menjadi dokter, kamu harus menempuh pendidikan formal di Fakultas Kedokteran selama kurang lebih 3,5 hingga 4 tahun.

Setelah lulus kuliah, Hunters akan mendapatkan gelar S.Ked. Namun, setelah itu, Hunters masih harus menempuh co-ass selama kurang lebih 1 sampai 2 tahun. Setelah co-ass, Hunters harus mengikuti Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) agar bisa mendapatkan gelar dr.

Setelah mendapatkan gelar dr, Hunters masih harus melaksanakan internship atau pengabdian di daerah-daerah terpencil selama 1 tahun. Setelah itu, barulah Hunters bisa mendapatkan surat izin praktik dokter agar kamu bisa bekerja di rumah sakit, klinik, Puskesmas, atau membuka praktik mandiri.

2. Akuntan

Sama seperti dokter, jika Hunters ingin menjadi seorang akuntan, kamu juga perlu menempuh pendidikan formal di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, tepatnya di Program Studi Akuntansi. Biasanya, pendidikan di Program Studi Akuntansi memerlukan waktu selama 8 semester atau 4 tahun. 

Setelah lulus dari Program Studi Akuntansi, Hunters akan mendapatkan gelar S.E atau S.Akt. Setelah itu, barulah Hunters bisa bekerja di perusahaan sebagai seorang akuntan profesional. 

3. Programmer

Untuk menjadi seorang programmer, Hunters juga harus menempuh pendidikan formal di jurusan-jurusan yang berbau IT. Beberapa di antaranya, seperti jurusan Teknik Informatika, Sistem Informasi, Teknik Komputer, atau Ilmu Komputer.

Setelah lulus dari jurusan-jurusan tersebut, barulah Hunters bisa melamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan sebagai seorang programer profesional.

Meski begitu, dewasa ini, sudah banyak kursus-kursus, baik daring maupun luring yang menyediakan materi pembelajaran terkait pemrograman. Oleh karena itu, jika Hunters ingin mempelajari skil pemrograman, kamu juga bisa mempelajarinya lewat kursus tanpa harus menjalani pendidikan formal. 

 

Baca Juga: Gaji Programmer di Jepang

 

4. Notaris

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004, untuk menjadi seorang Notaris, Hunters perlu menempuh pendidikan S1 di Program Studi Hukum. Setelah itu, kamu juga perlu melanjutkan studi ke jenjang S2 di Program Studi Kenotariatan.

Setelah lulus, barulah Hunters bisa bekerja sebagai seorang Notaris, baik dengan cara membuka praktik sendiri atau bekerja di instansi pemerintahan.  

5. Apoteker

Untuk menjadi seorang Apoteker, Hunters juga perlu menempuh pendidikan formal di Program Studi Farmasi selama kurang lebih 8 semester atau 4 tahun. Setelah itu, kamu akan mendapatkan gelar S.Si atau S. Farm.

Setelah lulus dari Program Studi Farmasi, Hunters masih perlu menjalani pendidikan profesi Apoteker selama 1 tahun untuk mendapatkan gelar Apt. Setelah mendapatkan gelar Apt, Hunters diwajibkan untuk mengikuti Uji Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI).

Setelah mengikuti UKAI, baru Hunters akan melakukan sumpah jabatan Apoteker agar bisa mendapatkan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA). SIPA ini diperlukan agar kamu bisa bekerja sebagai Apoteker di apotek atau di rumah sakit. 

Contoh Tenaga Kerja Terampil

1. Barista

Barista adalah seorang profesional yang bertugas membuat dan meracik kopi. Untuk menjadi seorang Barista, Hunters tidak perlu menempuh pendidikan formal. Sebab, yang kamu butuhkan adalah pendidikan informal berupa kursus atau pelatihan.

2. Montir

Montir adalah seorang profesional yang bertugas untuk memperbaiki kerusakan mesin pada kendaraan roda dua dan roda empat. Untuk menjadi seorang montir, Hunters bisa menempuh pendidikan formal di Sekolah Menengah Kejuruan di Jurusan Otomotif. 

Namun, dewasa ini, jika Hunters ingin menjadi montir, kamu juga bisa menempuh pendidikan informal melalui kursus atau pelatihan otomotif. Melalui pelatihan tersebut, kamu akan diajarkan bagaimana caranya menjadi montir profesional yang siap kerja.

3. Fotografer

Fotografer adalah seorang yang bertugas melakukan pengambilan gambar untuk berbagai kebutuhan. Untuk menjadi seorang fotografer, Hunters bisa menempuh pendidikan informal dengan cara mengikuti kursus atau pelatihan, baik daring maupun luring.

Namun, perlu diketahui, skil seorang fotografer juga bisa dipelajari dengan menempuh pendidikan formal, seperti di Sekolah Menengah Kejuruan di Jurusan Multimedia, di Jurusan S1 Jurnalistik, dan di Jurusan S1 Ilmu Komunikasi.

4. Penjahit

Jika Hunters ingin menjadi seorang penjahit, kamu bisa menempuh pendidikan informal melalui kursus maupun pelatihan, baik daring maupun luring. 

Namun, sama seperti skil fotografer, skil menjahit juga bisa dipelajari dengan menempuh pendidikan formal di Sekolah Menengah Kejuruan di Jurusan Tata Busana.

5. Hair Stylist

Jika Hunters ingin menjadi seorang Hair Stylist, kamu bisa menempuh pendidikan informal melalui kursus maupun pelatihan, baik daring maupun luring. Melalui pelatihan tersebut, Hunters akan diajari bagaimana cara menjadi Hair Stylist profesional. 

Nahi, itu dia, Hunters, beberapa perbedaan tenaga kerja terdidik dan terampil beserta contohnya. Jadi, gimana, apakah kamu masih bingung mengenai perbedaan tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja terampil? Tulis di kolom komentar, ya!

 

Baca Juga: Tenaga Kerja Terampil yang Paling Dibutuhkan di Jerman

 

Rekomendasi Bimbingan untuk Persiapan Kerja di Luar Negeri

Ingin kerja di luar negeri? Yuk, konsultasi dengan konsultan expert Schoters agar persiapan kerja di luar negerimu makin terarah.

Butuh program lain untuk persiapan kerja di luar negeri? Cek program Work Abroad Academy dari Schoters untuk bimbingan persiapanmu, dijamin terlengkap.